HARUSKAH GURU YOGA AJARKAN POSE YANG BISA DIA LAKUKAN SAJA?

Guru yoga tak jarang terjebak pada beberapa pose yang ia tak bisa lakukan tapi harus diajarkan ke murid. (Foto: Wikimedia Commons)

SEBUAH pertanyaan yang tidak pernah dibahas dalam teacher training secara blak-blakan ialah: “Apakah seharusnya seorang guru yoga cuma mengajarkan pose-pose yoga yang bisa ia demonstrasikan dengan baik?”

Banyak guru yoga baru yang cuma membahas dengan diam-diam bersama teman-temannya tapi belum berani menanyakan ke guru mereka.

Jangan Mengajarkan Pose yang Belum Bisa Dilakukan dengan Teknik yang Tepat dan Aman

Satu pendapat soal ini ialah dari Arundhati Baitmangalkar (sumber: blog.ahamyoga.com) yang mengatakan tentu saja seorang guru yoga harus mengajarkan pose-pose yang ia bisa lakukan dengan baik saja. 

Alasannya ialah karena yoga merupakan latihan/ praktik yang didasarkan pada pengalaman seseorang. “Seorang guru bisa membimbing muridnya sejauh yang ia sudah tempuh sendiri. Di luar pengalamannya itu, maka tidak bisa dikatakan berdasarkan pada konsep Santosa (merasa puas dengan apa yang sudah dimiliki) dan Satya (kebenaran). 

Namun, bagaimana dengan guru yoga baru yang perbendaharaan asananya masih minim sehingga dalam mengajar jadinya terbatas?

Baitmangalkar mengatakan guru yoga baru bisa belajar menerapkan konsep-konsep Niyama seperti Saucha ke dalam latihan asana mereka sehingga walaupun perbendaharaan asana mereka masih relatif sedikit tapi latihan menjadi lebih ‘kaya’ secara internal dan spiritual. Misalnya dengan menerapkan Saucha (membersihkan niat latihan yoga agar lebih murni), Santosha (berusaha menerima pencapaian saat ini tanpa menghakimi), Tapas (berdisiplin dalam latihan), dan sebagainya.

Bagi Anda yang meyakini demikian, tentu tidak ada jalan pintas selain berlatih rutin dan meningkatkan kemampuan diri sehingga perbendaharaan asana Anda bisa bertambah. Cara lain adalah dengan mengajar murid yang tingkat kemampuan asananya juga relatif setara dengan Anda untuk sementara waktu.

Ajarkan Saja Pose yang Tidak Bisa Dilakukan Asal Paham Teknik dan Risikonya

Terlepas dari anjuran untuk mengajarkan cuma asana yang kita bisa lakukan tadi, harus diakui bahwa murid pastinya akan bosan jika cuma diajari asana yang gurunya bisa. Tak jarang kita temui murid-murid yang kemampuan asananya jauh melebihi guru-guru mereka.

Lalu bagaimana merespon fenomena ini dengan bijak jika terjadi di kelas Anda?

Pendapat lainnya yang berbeda ialah dari almarhumah Maty Ezraty, seorang guru senior yang menekuni Ashtanga sekaligus Iyengar Yoga semasa hidupnya.

Menurutnya, mengajar yoga merupakan sebuah seni yag membutuhkan lebih dari sekadar kemampuan fisik melakukan banyak asana menantang. Asana cuma sebuah kendaraan, alat, kata Ezraty.

Ia mengatakan sah-sah saja seorang guru yoga mengajarkan sebuah pose yang badannya sendiri tidak bisa lakukan dengan syarat ia memahami dengan sepenuhnya alignment yang benar dan risiko yang harus diperhatikan dalam eksekusi asana tadi. 

Ezraty menandaskan sebuah kendala dalam badan guru tak seharusnya dijadikan penghalang untuk mengajarkan ke muridnya. Ia bisa meminta orang lain untuk mendemonstrasikan sementara ia membimbing. Misalnya jika seorang guru sedang sakit leher sehingga tidak bisa headstand sementara murid-muridnya siap secara fisik untuk melakukannya, tentu saja ia tidak boleh egois dengan menghindari pose tersebut.

Lain lagi jika seorang guru memang belum pernah belajar sebuah pose dan belum paham alignment, teknik dan risikonya, maka sangat disarankan jika ia menghindari mengajarkan pose itu dengan sembarangan. (*/)

This entry was posted in Yoga and tagged , , , . Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *