Pebisnis berpengalaman kelahiran Belgia ini memiliki bakat dalam mengubah pola pikir. Marc Louette mampu menyelaraskan sikap dan pola pemikiran dengan tujuan organisasinya. Ia membawa kita ke perjalanannya dari Aceh hingga Maluku, memperlebar sayap bisnis dengan tetap mengutamakan kualitas.
Sebelumnya didaulat sebagai Wakil Dirut Sampoerna Agro Tbk. sejak 2012, Marc Louette tak asing lagi dengan bisnis perkebunan. Ia pernah mengisi posisi Direktur Pelaksana Asian Agri Group dan Direktur Perkebunan Socfin Group sebelum bergabung ke Sampoerna Agro.
Sebagai pemimpin bisnis dengan pengalaman 25 tahun di bidangnya, ia memiliki banyak tugas untuk dirampungkan. “Saya memainkan peran mentor dalam merombak pola pikir SDM perusahaan. Saya singkirkan kebiasaan-kebiasaan yang kontraproduktif,” ungkapnya pada tim Warta Ekonomi pada 20 Februari 2018 di Gedung Sampoerna Strategic, Jakarta.
Dorong Transparansi
Ia ambil contoh budaya ‘asal bapak senang’. “Orang membuat laporan palsu pada atasan untuk membuat mereka senang. Kami harus rombak ini,” tegasnya. Dan ia menumbuhkan budaya transparansi dari dirinya sendiri dengan menerima masukan dari para pegawai. Ia juga menyambut baik bila pegawai mengkritisi atasan demi kemajuan perusahaan. Awalnya memang mengejutkan tetapi mereka kini sudah terbiasa.
“Sangat penting bagi saya untuk belajar bahasa dan budaya karena dengan begitu saya lebih mudah tinggal dan berbisnis di sini.”
Kata Louette yang meraih gelar Master dalam Ilmu Administrasi Bisnis (2004) dari University of Antwerp dan dalam Ilmu Pertanian (1988) dari KU Leuven.
Sebelum diangkat sebagai Dirut Sampoerna Agro Tbk. di tahun 2017, Louette telah banyak mengenal budaya dan masyarakat Indonesia. Ia datang ke sini 27 tahun lalu dan tidak menunda untuk ikut serta dalam kursus bahasa Indonesia intensif selama 6 pekan.
Gemar Bertualang
Dengan penguasaan bahasanya yang baik, ia tidak menghadapi kendala besar dalam berkomunikasi saat harus menghadiri rapat dalam bahasa Indonesia. Louette dapat menjelajahi banyak kota di Indonesia dengan lebih bebas. “Saya telah berkunjung ke banyak kota dari Maluku sampai Aceh,” tuturnya sambil menggali ingatan.
Di luar kesibukan pekerjaan, ia menaruh perhatian besar pada masalah sosial. Saat banyak orang hanya tertarik pada Bali sebagai tujuan wisata yang terjangkau dan indah, ia tidak mengabaikan masalah sosial yang ada di pulau dewata tersebut. Pria ini mendukung Yayasan CIMD yang memberikan dukungan bagi anak-anak kurang beruntung untuk mendapatkan akses baik dalam bidang pendidikan yang lebih baik untuk masa depan mereka dan menciptakan kesempatan bagi mereka. (*/)