Penyakit diabetes mellitus dianggap menjadi wabah yang meresahkan masyarakat Indonesia saat ini. Makanan dan minuman manis pun disalahkan karena dianggap memicu penyakit ini pada anak-anak dan anak muda. Sampai pemerintah mewacanakan rencana pelabelan kandungan gula pada makanan kemasan yang dijual bebas.
Tapi banyak orang lupa bahwa pemicu diabetes melitus bukan cuma pola makan dan pola hidup yang kurang sehat, yang disebut diabetes melitus tipe 2. Karena ada juga orang yang terkena diabetes melitus tipe 1. Diabetes tipe 1 ini termasuk dari sekian banyak penyakit yang berkaitan dengan sistem endokrin manusia.
Sistem endokrin sendiri adalah sistem yang tersusun dari sejumlah jaringan kelenjar yang menghasilkan dan melepaskan hormon pengontrol sejumlah fungsi tubuh. Sistem endokrin terdiri atas kelenjar adrenal, hipotalamus, ovarium, pankreas, paratiroid, kelenjar pineal, kelenjar hipofisis, testis, timus, dan tiroid. Sistem endokrin memungkinkan tubuh untuk tumbuh dan berkembang, mengatur metabolisme, mengatur fungsi seksual, sampai suasana hati.
Picu Banyak Penyakit
Berdasarkan sebuah laporan berjudul “Endocrine Disrupting Chemicals: Threats to Human Health“, diketahui bahwa ancaman terhadap kesehatan sistem endokrin manusia makin meluas dengan penggunaan beragam bahan kimia yang diketahui memicu gangguan sistem endokrin jika manusia terpapar pada zat-zat tersebut. Inilah yang menjadi salah satu faktor pemicu meningkatnya jumlah kasus penyakit-penyakit yang berkaitan dengan sistem endokrin seperti diabetes mellitus tipe 1, yang sedang terjadi saat ini di banyak negara di dunia.
Menurut data yang dihimpun Endocrine Society dan International Pollutants Elimination Network (IPEN), dinyatakan bahwa paparan bahan kimia pengganggu endokrin bisa berasal dari empat sumber yakni penggunaan bahan plastik, pestisida, produk konsumen (termasuk produk anak-anak), dan zat per- dan polifluoroalkil (PFAS).
Peneliti dan ilmuwan Andrea C. Gore, PhD, dari University of Texas di Austin yang fokus meriset soal isu ini juga menjelaskan bahwa bahan kimia pengganggu endokrin yang merupakan bagian dari kehidupan sehari-hari kita membuat kita lebih rentan terhadap gangguan reproduksi, kanker, diabetes, obesitas, penyakit jantung, dan kondisi kesehatan serius lainnya. Gore juga merupakan anggota Dewan Direksi Endocrine Society.
Ia menambahkan bahwa paparan bahan-bahan kimia ini bisa menimbulkan risiko yang sangat serius bagi para ibu hamil dan anak-anak.
Kesadaran terhadap bahaya paparan zat-zat kimia pengganggu kinerja endokrin ini sayangnya masih sangat rendah di tengah masyarakat Indonesia.
Kesadaran yang rendah itu masih ditambah dengan pesatnya laju produksi global plastik dan pestisida meskipun para ilmuwan sudah memperingatkan bahwa polusi kimia dan plastik akan memicu krisis kesehatan yang makin meluas dan meningkat di muka bumi.
Jenis-jenis Bahan Kimia Pengganggu Endokrin
Tercatat ada sejumlah bahan kimia yang memiliki kaitan erat dengan gangguan endokrin. Berikut adalah beberapa di antaranya.
Yang pertama ialah glyphosate, zat herbisida yang paling banyak digunakan di dunia. Sebuah studi baru-baru ini menemukan bahwa glyphosate memiliki delapan dari sepuluh karakteristik utama bahan kimia pengganggu sistem endokrin. Studi lain menemukan adanya hubungan antara glyphosate dan gangguan terhadap sistem reproduksi.
Kedua ialah bisphenol A (BPA) yang relatif populer akibat pemberitaan media. BPA ini dapat ditemukan pada berbagai kemasan makanan dan minuman masa kini yang terbuat dari bahan plastik polikarbonat dan resin epoksi.
Ketiga yakni zat phthalates, yang berfungsi membuat plastik lebih fleksibel dan tahan lama. Anda bisa terpapar zat satu ini dari penggunaan produk mainan anak, kemasan makanan sehari-hari, kemasan skincare dan shampo serta cat kuku.
Keempat yakni dioksin, yang terbentuk dari proses pembakaran sampah dan produksi pestisida. Semua ini bisa didapatkan akibat pembakaran sembarangan maupun pembakaran proses industri.
Kelima ialah paraben, yang terkandung dalam beragam produk kosmetik dan perawatan kulit seperti lotion dan deodoran.
Keenam yakni polychlorinated biphenyls (PCBs) yang luas dipakai di bidang industri dan perdagangan. Sudah ada negara-negara yang melarang penggunaan bahan kimia ini tetapi tampaknya Indonesia belum.
Ketujuh ialah polybrominated diphenyl ethers (PBDEs). Zat kimia satu ini digunakan sebagai bahan pencegah api dalam produk elektronik, pakaian, dan furnitur. (*/)