Hobi juga punya kastanya sendiri. (Sumber gambar: Freepik)Hobi menurut catatan sejarah sudah berkembang sejak adanya manusia di muka bumi ini. Hobi pada hakikatnya ialah hal-hal remeh temeh dan menyenangkan yang dilakukan manusia untuk mengisi waktu di sela kegiatan bertahan hidup mereka yang menyedot energi. Saat melakukan hobi, manusia justru bisa mendapatkan kembali energi mereka.
Karena itulah, musykil kalau ada yang berkata manusia bisa hidup tanpa hobi. Takdir atau fitrah manusia itu memiliki hobi meski tipenya berbeda-beda. Bahkan hobi-hobi di dunia ini bisa digolongkan ke dalam 4 kasta berbeda. Kita akan kupas selanjutnya di dalam tulisan ini.Namun, sebelum itu mari kita bahas soal konsep hobi yang terus berkembang dari waktu ke waktu seiring dengan perkembangan peradaban manusia.
Hobi Dari Zaman ke Zaman
Membayangkan hobi manusia di zaman prasejarah rasanya pasti membosankan tapi nyatanya tidak. Banyak sekali jenis hobi yang ditekuni oleh manusia prasejarah di waktu senggang mereka. Dilansir dari history.com, hobi manusia prasejarah mencakup ekspresi seni yang hasilnya kita masih bisa temukan sekarang seperti lukisan di gua, pahatan dan ukiran kuno yang menggambarkan sosok-sosok mini bak mainan dari bahan batu, tulang belulang dan material alami lainnya yang bernilai artistik. Manusia prasejarah juga sudah mengenal instrumen musik dan tarian, mulai menekuni hasta karya dan keterampilan pembuatan alat-alat rumah tangga, keterampilan bercerita yang berkembang hingga sekarang, permainan dan perlombaan sederhana, kebiasaan mengkoleksi barang/ objek yang dianggap menarik/ unik/ lucu, dan masih banyak lainnya. Intinya, hobi itu sangat lekat dengan eksistensi manusia dari dulu kala.
Kemudian di abad modern, hobi berkembang menjadi lebih kompleks. Di abad ke-16 istilah “hobby” aslinya merujuk pada seekor kuda poni atau kuda berukuran mini. Hingga abad ke-17 kata tersebut digunakan untuk menggambarkan sebuah kuda mainan dan kemudian barulah ia digunakan untuk menggambarkan aktivitas pengisi waktu luang.
Lalu di abad ke-18, saat masyarakat Barat perlahan berubah menjadi masyarakat industrial, hobi menjadi aktivitas yang dianggap penting dan bahkan menyimbolkan gengsi sebab cuma kalangan atas saja yang bisa memiliki hobi. Orang menengah bawah menganggap hobi sebagai kemewahan sebab mereka ini tak punya waktu luang yang bisa digunakan secara bebas sesuai kehendak sendiri. Hidup orang menengah dan bawah cuma untuk kerja dan istirahat. Sementara itu, para orang kaya dan bangsawan punya banyak waktu untuk dimanfaatkan dengan baca buku, menonton opera, berolahraga sejenis berkuda, dan sebagainya tanpa cemas soal bisa makan besok atau tidak.
Begitu dunia memasuki abad ke-19 dan 20, perkembangan teknologi dan sains mendorong perubahan norma masyarakat dan perlahan hobi tak cuma bisa dinikmati orang kaya tapi juga kalangan menengah ke bawah. Makin banyak jenis hobi yang berkembang misalnya koleksi perangko atau filateli, membuat bangunan dari blok-blok mirip lego, dan sebagainya.
Di abad ke-21, hobi makin beragam sesuai dengan perkembangan teknologi yang pesat. Orang tak cuma memiliki hobi olahraga, membaca, atau hobi konvensional lain tapi juga hobi jenis baru seperti e-sports, fotografi digital, dan lain-lain.
4 Kasta Hobi
Yang menarik dan mungkin belum tentu Anda ketahui, ada 4 kasta besar hobi. Kasta ini dibagi berdasarkan sejumlah kriteria yang menurut saya penting untuk mengukur level sebuah hobi yakni manfaat bagi diri sendiri, manfaat bagi orang lain, dan kemampuan hobi tersebut menghasilkan uang.
Kasta pertama ialah kasta hobi terendah, yakni jenis hobi yang membahagiakan diri sendiri saja tapi tidak bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain, dan tidak menghasilkan uang. Kenapa saya berkata ada hobi yang menyenangkan tapi tidak bermanfaat bagi diri sendiri? Karena pada kenyataannya mayoritas manusia terjebak pada aktivitas tanpa faedah seperti judi, berzina, nongkrong di pinggir jalan hingga tengah malam, melakukan prank pada orang lain malam-malam, onani/ masturbasi, menonton film porno, dan sebagainya. Itu semua menyenangkan untuk dilakukan tetapi justru merugikan diri dan orang lain (keluarga kita), dan justru bikin kita makin miskin.
Kasta kedua ialah kasta hobi yang lebih tinggi, yakni hobi yang bisa membahagiakan diri dan bermanfaat bagi diri sendiri tapi tidak ada faedahnya bagi orang lain dan tidak menghasilkan uang. Apa contohnya jenis hobi kasta kedua ini? Sebut saja aktivitas journalling atau membuat jurnal pribadi yang bisa memberikan kelegaan dan menjadi sarana yang bagus untuk memelihara kesehatan mental dan fisik. Orang lain tak bisa menuai manfaatnya dan Anda juga tak bisa dapat duit dari itu.
Kasta ketiga yakni hobi yang membahagiakan diri dan berguna untuk orang lain, tapi tidak menghasilkan uang. Contoh hobi seperti ini adalah hobi memungut sampah di lingkungan sekitar. Kita tilik saja kreator konten Pandawara yang melakukan hobi ini. Saat membersihkan sungai, mereka bukannya dapat duit banyak tapi malah dipalak oknum dengan alasan untuk biaya TPA. Belum lagi ada sentimen negatif dari oknum birokrat yang tersinggung jika daerah mereka dijadikan target pembersihan. Masyarakat sekitarnya juga tak tahu diri, masih buang sampah terus. Sudah capek, menguntungkan orang lain tapi dimusuhi. Aneh tapi nyata memang. Tapi hobi kasta ketiga ini berpotensi bisa naik kasta jika mindset masyarakat mayoritas bisa diubah. Cuma berat dan lama!
Kasta tertinggi atau yang keempat yaitu hobi yang tak cuma membahagiakan diri, tapi juga berguna untuk orang lain, dan bisa menghasilkan uang! Inilah jenis hobi idaman semua orang yang seharusnya ditekuni. Namun, untuk bisa mendapatkan jenis hobi seperti ini memang kita harus memahami panggilan jiwa/ passion dalam diri yang sebenarnya (bukan cuma ikut tren ini itu) sehingga jika ada halangan dan rintangan kita tak mudah menyerah dan cerdas dan jeli dalam mencermati kebutuhan masyarakat sekitar. Titik persilangan antara passion diri dan kebutuhan masyarakat luas inilah yang bakal menjadi area hobi yang berkasta tertinggi ini. Hanya saja tantangan yang bisa muncul jika punya hobi seperti ini adalah Anda bakal sampai di titik saat Anda merasa bahwa bisa membosankan karena terasa terlalu menuntut dan monoton. Karena begitu Anda berkomitmen untuk mengkomersialkan hobi, Anda bakal terikat dengan sejumlah kontrak ekonomi yang bisa mewajibkan Anda untuk menuruti kehendak pihak lain yang kurang sesuai dengan selera atau nurani Anda. Di sinilah pertarungan idealisme dan kebutuhan material bisa membuat Anda gamang. Jadi, adalah tak sepenuhnya benar jika Anda pikir menekuni sebuah pekerjaan yang juga hobi adalah 100% menyenangkan. Pasti nanti ada momen-momen pahitnya juga. Dan Anda harus siap untuk itu. (*/)