Jangan Mudah Silau, Begini Cara Cek Titel Akademik!

Cek dulu apapun gelar akademik yang diklaim dimiliki seseorang. (Foto: Freepik.com)

Sekarang ini terkesan lebih mudah orang mendapatkan gelar akademik untuk kemudian digunakan sebagai alat untuk menggenjot karier, keuangan, peruntungan di dunia bisnis, politik, dan sebagainya.

Di kultur Asia sendiri, pendewaan gelar akademik masih sangat kental. Lain dari masyarakat Amerika Serikat yang menganggap orang putus kuliah dan bisa mendirikan startup sebagai indikator kesuksesan, masyarakat Asia pada umumnya mensyaratkan titel akademik sebagai syarat untuk bisa dianggap sukses. 

Karena itulah, di Indonesia terjadi skandal guru besar yang berhasil dikuak Tempo baru-baru ini. Diketahui ada sejumlah oknum dosen di Universitas Lambung Mangkurat yang diduga merekayasa syarat permohonan guru besar dengan cara bekerja sama dengan tim penilai dan jurnal predator (jurnal yang memanfaatkan penulis dengan mengenakan tarif penayangan tanpa memberikan layanan tinjauan rekan sejawat atau editorial yang seharusnya). Dan Mendiknas Nadiem Makarim tak bisa berbuat apa-apa.

Namun, Anda tak perlu rendah diri karena fenomena rendahnya moralitas dan etika ini juga ditemukan di negeri jiran Singapura. Bedanya, kebobrokan moral itu tidak melanda kaum akademisinya tetapi kaum pebisnisnya.

Di Singapura, baru-baru ini tercatat sudah ada 4 kasus terkuaknya pemalsuan gelar akademik pendiri bisnis dan investor. Setidaknya ini yang terpantau oleh media Tech In Asia. 

Anne Cheng mengaku tak genggam gelar Ph.D. setelah sekian lama mengklaim demikian. (Foto: Medium.com)

Yang terkini adalah kasus Anne Cheng yang dikenal sebagai pendiri Start Up Nation sejak awal 2010-an. Setelah sekian lama mengklaim mengantongi gelar Ph.D. dari Stanford University Amerika Serikat dan mati-matian membela diri bahwa dirinya lulusan sah dari universitas bergengsi itu, ia baru-baru ini mengaku pada jurnalis Tech In Asia bahwa titel Ph.D. itu tidak pernah ia miliki dan ia mengatakan dirinya melakukan kesalahan dalam menjelaskan credential pendidikannnya pada publik. Demikian ungkap editor-in-chief laman Tech In Asia dalam akun LinkedIn-nya. Cheng memang pernah mengikuti program di Stanford University tetapi ia lulus bukan dengan credential Ph.D.

Kontroversi semacam ini mengingatkan saya dengan kasus Wirda Mansur (anak ustadz Yusuf Mansur) yang menghebohkan publik karena mengklaim pernah kuliah di Oxford University. Sampai sekarang tak jelas jenis sertifikasi atau ijazah apa yang ia miliki dari Oxford University sehingga ia bisa mengklaim demikian.

Karena itulah, kita harus paham betul perbedaan jenis-jenis program pendidikan yang tersedia dalam dunia akademik masa kini agar tidak mudah tertipu oleh pihak-pihak yang mengklaim ia lulusan universitas tertentu dan memanfaatkan klaim itu untuk kepentingan dan keuntungan pribadi.

Perbedaan Microcredentials, Diploma, dan Short Course

Microcredentials 

Jenis pertama program pendidikan yang biasanya ditawarkan universitas ialah microcredentials. Seperti makna kata “micro“, program pembelajaran ini berlangsung relatif lebih singkat dibandingkan durasi kuliah reguler (4 tahun). Peserta bisa mendapatkan keterampilan dan kompetensi tertentu dalam waktu singkat. Jika ia ingin melamar pekerjaan tertentu, microcredentials bisa membantunya untuk menaikkan daya tawar di depan recruiters karena bisa mengukuhkan citra sebagai seorang spesialis.

Program microcredentials bersifat workshop/ pelatihan dan fokusnya cuma pada topik tertentu, berbeda dari program kuliah reguler yang mata kuliahnya memiliki variasi topik yang banyak. Tak heran lamanya tak sampai hitungan tahun. Contoh microcredentials ini ialah sertifikat digital marketing, data analytics, dan manajemen proyek. 

Microcredentials ini makin populer dan digemari orang karena menawarkan fleksibilitas dalam mempelajari keterampilan baru yang pasti diserap pasar tenaga kerja. Microcredentials ini juga relevan dengan kebutuhan industri tertentu dan tren industri yang sedang berkembang. Misalnya AI.

Diploma

Diploma adalah program pendidikan yang lazimnya berlangsung lebih lama (biasanya 1 hingga 3 tahun) dan bobotnya lebih kompleks dari microcredentials karena kurikulumnya jauh lebih luas dan mendalam. 

Jika microcredentials bisa diperoleh dengan paruh waktu, kuliah untuk mendapatkan diploma biasanya harus penuh waktu karena beban akademiknya lumayan berat. 

Diploma banyak dipakai sebagai syarat pekerjaan di dunia kerja dan menjadi langkah awal untuk mendapatkan gelar sarjana (S1) yang berlangsung 4 tahun.

Short Course

Lain dari dua jenis di atas, short course adalah program pelatihan singkat dengan fokus pada topik spesifik. Durasinya hanya beberapa minggu hingga bulan.

Tujuan short course ialah untuk membantu pesertanya dalam memperoleh pengetahuan dan keterampilan tambahan (komplementer) dalam waktu yang relatif singkat.

Contoh short course yang biasa kita temui ialah kursus bahasa asing, kursus pengembangan keterampilan profesional, dan pelatihan keterampilan menjahit.

Dengan mengetahui perbedaan fundamental ini, harapannya kita terutama jurnalis bisa melakukan background check yang lebih komprehensif terhadap sumber-sumber yang kita wawancarai agar tidak terjebak dalam klaim-klaim palsu sepihak.

Cara Cek Gelar Akademik Dalam Negeri

Untuk memastikan gelar akademik seseorang, kita dapat menempuh langkah-langkah berikut.

Cara pertama ialah dengan mengunjungi laman Forlap dan klik tombol “Pencarian Data” dan pilih “Profil Mahasiswa”. Jika sudah memasukkan nama perguruan tinggi dan program studi, jangan lupa pastikan PT dan prodi tersebut sudah terdaftar di Dikti. Jika ia mahasiswa dan alumni PT tersebut, namanya ada di sana.

Cara kedua ialah dengan mengunjungi laman Pangkalan Data Pendidikan Tinggi (PDDikti) di sini. Masukkan nama lengkap dan NIDN/NIDK dosen atau mahasiswa dan seharusnya muncul nama orang yang bersangkutan di database. Cek juga gelar-gelar akademik yang tertera di database tadi. Pastikan sesuai tidaknya dengan klaim yang diajukan pada Anda/ publik.

Cara Cek Gelar Akademik Luar Negeri

Untuk memeriksa gelar akademik di kampus luar negeri, berikut beberapa langkah yang dapat kita lakukan.

Yang pertama ialah dengan menggunakan Layanan Evaluasi Kredensial seperti World Education Services (WES) dan International Qualifications Assessment Service (IQAS) di Amerika Utara serta Higher Education Degree Datacheck di Inggris memiliki basis data yang luas untuk memeriksa validitas gelar dan tingkat pendidikan yang diwakilinya.

WES memiliki alat bernama Degree Equivalency Tool yang memperlihatkan seberapa setara gelar Anda dengan standar di Amerika Serikat. Meskipun ini bukan pengganti evaluasi resmi, alat ini memberikan gambaran setara gelar orang yang dimaksud di AS.

Cara kedua ialah Anda juga bisa menghubungi UK National Academic Recognition Information Centre (NARIC). Anda dapat mengajukan permohonan Statement of Comparability dari NARIC Inggris. Pernyataan ini akan mengonfirmasi tingkat kesetaraan kualifikasi orang yang dimaksud, meskipun tidak membandingkan nilai yang diperoleh.

Selamat menyelidiki! (*/)

This entry was posted in Latest news and tagged , , , . Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *