DULU saat saya pertama belajar yoga, saya belajar yoga sedikit-sedikit lewat buku.
Saat itu tahun 2010-an dan rasanya belum banyak guru yoga di luar dan Indonesia yang gemar mengunggah konten ke Instagram atau Facebook, yang menjadi platform paling top saat itu.
Pengguna Facebook memang sudah menjamur tetapi masih didominasi penggunaan untuk bersosialisasi atau just for fun semata. Tidak ada konten edukatif soal yoga.
Begitu juga di Instagram. Hanya foto-foto panoramik yang indah tapi ya sudah, berhenti di situ saja.
YouTube juga masih sepi dengan konten yoga yang berupa full class yang bisa diikuti secara gratis.
Naik Berkat Pandemi
Hal ini berbeda dengan 10 tahun setelahnya. Begitu pandemi melanda, YouTube menjadi salah satu kanal favorit bagi orang yang ingin mencoba beryoga di rumah karena terkendala larangan ke tempat umum yang bisa menyebarkan virus Covid-19 yang mematikan saat itu.
Satu kanal YouTube yang jadi primadona ialah Yoga with Adrienne. Tahun 2020 kanal yoga itu dikunjungi jutaan orang. Dan makin banyak juga guru yoga yang akhirnya terpaksa keadaan, mau juga merambah dunia digital setelah sekian lama berusaha keras bersikap anti dan resisten terhadapnya.
Kembali ke saya, setelah belajar yoga lewat buku, saya masih merasa kurang afdol.
Lalu saya putuskan bergabung dengan sebuah komunitas yoga yang kebetulan melakukan kegiatan mingguan di taman yang berdekatan dengan tempat tinggal selama di Jakarta tahun 2010 itu.
Di sana, beruntung saya bisa mendapatkan bimbingan guru-guru yang lebih berpengalaman dalam setting komunitas yang hangat dan akrab. Tidak mengintimidasi layaknya di gym atau studio eksklusif. Karena setahu saya gym dan studio kadang memiliki circle pergaulan masing-masing.
Tergantung Tujuan Belajar
Dari pengalaman saya itu, jika saya ditanya apakah seseorang bisa belajar yoga lewat media sosial saja, saya akan jawab: bisa dan tidak, TERGANTUNG TUJUAN BELAJAR orang yang bersangkutan.
Berikut penjelasan saya. Belajar yoga lewat media sosial apapun itu mungkin bisa saja, asal tujuan belajanya sekadar untuk mengenal secara sekilas.
Di platform media sosial mana saja, Anda sudah bisa menemukan kreator-kreator yoga yang membagikan ilmu mereka. Di YouTube, sejumlah guru yoga Indonesia sudah membuat kanal-kanal yang bisa dikunjungi jika Anda ingin panduan beryoga di rumah.
Begitu juga di TikTok. Saya sendiri mencoba membangun kanal di TikTok selama 1 tahun belakangan ini dan karena tujuan saya mengedukasi, jadi tak begitu masalah jika konten saya tidak tertampil di For You Page (FYP) atau tidak jadi viral.
Itu karena saya paham bahwa popularitas kita di media sosial tidak selalu juga membawa kesejahteraan baik dalam hal material maupun aspek lainnya. Karena buktinya ya banyak kreator yang jumlah pengikutnya jutaan atau kontennya viral tetapi belum bisa sejahtera dan pensiun dini. Karena saya sadar popularitas dan kesejahteraan adalah dua hal yang berbeda dan kadang bisa satu paket datangnya tetapi juga bisa tidak. So, it is okay.
Dengan kata lain, belajar yoga via media sosial BISA saja tapi cuma bisa untuk mengenal yoga secara sepintas lalu. Belum bisa mengantar ke lapisan yang lebih dalam.
Apakah lalu dengan demikian, belajar yoga via media sosial tidak boleh? Tidak demikian juga. Silakan saja belajar yoga hanya dari media sosial tetapi hasil belajarnya tentu tidak akan bisa setara dengan mereka yang belajar yoga secara langsung dengan guru yoga yang berpengalaman lebih banyak.
Bukan untuk Jadi Guru
Nah, saya jawab TIDAK BISA belajar yoga via media sosial jika Anda ingin belajar yoga secara mendalam dan ingin menjadi instruktur yoga ke depan. Jika itu tujuan Anda, haruslah belajar langsung dengan guru yang berpengalaman lebih banyak di bidang yoga.
Kenapa demikian?
Karena belajar itu perlu struktur dan sistem yang tertata. Jika Anda cuma belajar di media sosial, konten pendek di yang tersedia di dalamnya biasanya bersifat acak dan cukilan-cukilan mini dari bongkahan pengetahuan yang jauh lebih besar.
Lain dari belajar yoga dengan guru-guru yoga secara tatap muka langsung di sekolah yoga resmi dan diakui. Di dalamnya pasti sudah ditetapkan sebuah kurikulum yang menerapkan pola dan sistem belajar yang runut dan urut. Tidak acak, tidak sembarangan, tidak
Durasi konten di media sosial juga relatif pendek dan jika panjang pun, biasanya Anda tidak bisa berinteraksi/ tanya jawab dengan si guru secara langsung sebagaimana dalam kelas atau kuliah.
Maka dari itu, saya katakan bahwa boleh-boleh saja belajar yoga dari media sosial untuk permulaan dengan tujuan mengenal yoga secara sepintas tetapi untuk belajar lebih mendalam, kita harus belajar langsung dan dibimbing seorang guru yoga yang lebih berpengalaman. (*/)