EMPAT PULUH adalah usia saat Nabi Muhammad SAW ditahbiskan menjadi utusan Allah yang terakhir di muka bumi ini.
Usia 40 juga dianggap sebagai usia yang sudah matang. Usia paruh baya, mengingat angka harapan hidup sekarang ini biasanya 80-an.
Anda yang memasuki usia ini tidak bisa menolak jika dipanggil “om” atau “tante” oleh anak-anak kelahiran tahun 2000 dan setelahnya.
Usia 40 membawa orang kembali ke krisis kedua dalam fase hidup mereka: krisis paruh baya.
Orang-orang di usia ini memang tidak terlalu tua tetapi juga naif rasanya untuk memanggil mereka anak muda. Mereka terperangkap di tengah-tengah, antara para pemuda dan lansia.
Demikian juga apa yang dirasakan oleh Radha (diperankan oleh Radha Blank) dalam film “The Firty-Year-Old Version”.
Dikisahkan di sini Radha yang telah bekerja sekian lama sebagai seorang penulis naskah drama berpengalaman di Broadway harus menghadapi periode suram dalam kehidupan keluarganya dan juga kariernya.
Ia masih berduka setelah kematian ibunya. Meski ia dihubungi oleh adiknya terus menerus, Radha tak kunjung bisa membujuk dirinya untuk membenahi apartemen mendiang ibunya.
Saking dalam luka emosional atas kepergian sang ibunda, Radha tak sanggup meski cuma untuk menelepon kembali sang adik yang mengajaknya bertemu. Meski ia penulis, ia mengaku kehabisan kata saat harus bertemu adik laki-lakinya karena pasti mereka harus membahas kenangan masa lalu ibunya, yang bagi Radha seperti mengorek luka lama.
Sebagai seorang lajang di umur nyaris kepala 4 dengan masalah berat badan yang membuatnya terdorong minum minuma rendah kalori sepanjang hari, Radha beruntung memiliki hubungan dekat dengan Archie (Peter Kim) yang sudah ia kenal sejak SMA. Archie bekerja juga sebagai perantara baginya dengan para produser yang tertarik mementaskan naskah-naskah yang dianggap bagus.
Dan untuk bisa mendapatkan persetujuan untuk mementaskan naskah Radha, bahkan Archie harus mengalami pelecehan seksual. J. Whitman, seorang sutradara tua nakal, menyuruh Archie menyentuh alat vitalnya. Dan Archie, demi sang sahabat, mau saja.
Radha yang mengira kariernya sudah mandek dan kesal dengan tidak adanya produser yang mau mendanai naskahnya kemudian melampiaskan kegundahan itu secara impulsif dengan mencoba menelurkan lagu dan album rap.
Mulanya Archie menganggap ide banting stir karier itu gila di usia Radha yang sudah hampir 40.
Akan tetapi Radha bersikukuh apalagi setelah ia melihat dua bokong tebal pria klulit putih yang kemudian ia jadikan ide lirik lagu dan ia anggap pertanda untuk meneruskan karier barunya di dunia musik rap.
Radha kemudian menemukan D (Oswin Benjamin) , seorang DJ dan arranger lagu rap lepas yang berusia 26 tahun, di Instagram. Radha menemuinya di apartemen D dan membayarnya dengan sejumput ganja dengan asumsi anak muda penyanyi rap usia 20-an pasti sudah senang dengan bayaran sesederhana itu. Dan memang ia benar.
D awalnya memang dingin dan tak menanggapi semangat Radha yang menggebu-gebu untuk membuat album rap.
D bahkan meninggalkan Radha saat pukul 2 malam sendirian di apartemennya sampai ketiduran.
Kesal karena diremehkan D, ia pun pulang naik kereta sendirian.
Besoknya ia kembali dihubungi D, dan setelah D memperdengarkan beat yang sudah ia buat untuk lagu rap yang liriknya dibuat Radha, D paham bahwa Radha memiliki sesuatu untuk diceritakan melalui rap. Jadi bukan sekadar lirik tanpa jiwa. Ada pesan dan kisah yang perlu didengarkan orang di dalam lirik radha.
Kembali ke dunia pertunjukan, akhirnya memang naskah Radha disetujui untuk dipentaskan tetapi mengetahui bahwa pementasan itu didapatkan dengan cara yang tak elok (dengan pengorbanan sang teman dekat Archie), idealismenya memberontak.
Radha kesal pada Archie. Ia tak mau bekerja atas dasar hal lain selain pengakuan atas kualitas naskahnya yang bertema gentrifikasi, suatu tema yang menurut Whitman saat pertama bertemu Radha adalah suatu hal yang sudah banyak dibicarakan dan tidak orisinal. Karena berkata demikian, bahkan Radha mencekik leher J. Whitman. Untung Whitman tidak menuntut secara hukum.
D yang merasa bahwa Radha punya storytelling skills yang bagus pun dengan gigih meyakinkan perempuan itu untuk tampil membawakan lagu pertamanya di event konser skala kecil di komunitasnya.
Sayangnya karena grogi luar biasa dan ketakutan, Radha malah bak kerupuk kena air. Melempem. Tak bisa bersuara di panggung meski sudah didukung oleh murid-murid dari sekolah drama tempatnya mengajar.
Karena kegugupan itu, Radha cuma bisa berkata “yoyoyoyo” tanpa henti di panggung. Kegagalan itu menggugurkan rasa kepercayaan dirinya selama beberapa waktu. Archie pun berusaha menghiburnya.
Dengan kegagalan mencicipi dunia rap, Radha kembali menyibukkan diri dengan menerima tawaran J. Whitman dengan dorongan Archie.
Radha pun mengatakan dirinya ingin sutradara kulit hitam tetapi sayangnya sutradara-sutradara kulit hitam sudah sibuk dengan jadwal mereka masing-masing. Yang bisa diajak bekerja sama hanyalah seorang sutradar perempuan kulit putih, Julie (Welker White).
Kecewa, Radha pun kesal tapi berhasil dibujuk Archie kembali untuk meneruskan proses latihan dan produksi yang sudah akan berjalan.
Yang tak disangka-sangka, D malah jatuh hati dengan Radha padahal usia mereka terpaut jauh. Mereka pun bercinta dan bisa dikatakan Radha cukup menikmati performa sang berondong ini.
Tapi ternyata itu bukan semata soal seks sebab D dan Radha juga memiliki kerinduan yang sama terhadap ibu mereka. Setelah seks, mereka sempat mendengungkan beat dan lirik bersama soal lagu bertema ibu dan kerinduan terhadap ibu masing-masing.
Untuk akhir cerita, Anda bisa menontonnya sendiri di Netflix.
Tapi saya pikir pesan yang bisa saya petik dari sini ialah jangan berhenti untuk terus merombak ulang jati diri kita meski kita sudah berada di fase usia yang konon menurut masyarakat sudah seharusnya mapan dan tidak lagi berubah pikiran.
Dan pahami bahwa jati diri kita terlalu luas untuk dibelenggu oleh pekerjaan yang kita lakoni. Alih-alih menganggap kita seorang pecundang saat gagal di satu jalur karier, kita bisa banting stir ke jalur lain dan kembali melaju dalam jalan kehidupan ini.
Film ini pantas untuk mendapatkan penghargaan dan ditonton le bih banyak kaum millennials yang sekarang saya yakin juga sudah berusia 40-an seperti saya. (*/)