PENGANTAR: Artikel ini saya tulis 2014 lalu dan saya tayangkan kembali di sini sebagai dokumentasi.
25 Oct 2014 Hits : 5,299
Regenerasi adalah hal yang mutlak bagi sebuah perusahaan bila ingin senantiasa berkembang. Dengan banyaknya kasus perusahaan keluarga yang runtuh karena generasi ketiga yang kurang kompeten dalam meneruskan estafet kepemimpinan bisnis, rasanya tidak berlebihan jika para pimpinan Grup Ciputra menganggap isu regenerasi kepemimpinan sebagai isu yang serius dan perlu dilakukan sejak jauh-jauh hari.
Persiapan transisi dari generasi ke generasi berikutnya bukan perkara mudah. Jika generasi pertama lekat dengan semangat pembangunan, Ir. Ciputra adalah teladan yang tepat. Kiprahnya yang sudah diakui di kancah nasional dan internasional membuat Grup Ciputra sudah dikenal di mana-mana. Saat kepemimpinan dialihkan ke generasi kedua (anak-anak dan menantu Ir. Ciputra), Grup Ciputra mencapai perkembangan yang pesat. Generasi kedua inilah yang memegang tongkat kepemimpinan saat ini. Mereka adalah keempat anak dan para menantu Ir. Ciputra, yaitu Rina Ciputra Sastrawinata-Budiarsa Sastrawinata, Junita Ciputra Hajadi-Harun Hajadi, Candra Ciputra-Sandra, dan Cakra Ciputra.
Konsistensi persiapan peralihan kepemimpinan antargenerasi ini dipandang vital demi kelanggengan Grup Ciputra di masa datang. Rina Ciputra menyatakan upaya tersebut telah dilakukan sejak tahun 2005 dengan menempatkan anak-anaknya dalam bagian business development. Di sini, mereka diharapkan belajar banyak mengenai analisis bisnis dan studi kelayakan bisnis (feasibility study) sebagai trainee.
Sementara generasi kedua masih memegang kendali, generasi ketiga juga tengah disiapkan untuk menggantikan orang tua dan kakeknya suatu hari nanti. Dari generasi ketiga dalam keluarga Ciputra, sebagian sudah disiapkan untuk menjalankan peran pemimpin bisnis nantinya. Tiga di antaranya adalah Anindya, Lalitya dan Nararya Sastrawinata. Semuanya adalah anak dari pasangan Rina Ciputra Sastrawinata dan Budiarsa Sastrawinata. Rina Ciputra saat ini bertanggung jawab atas pengembangan Ciputra Artpreneur Center, sebuah pusat kegiatan seni Indonesia yang dibangun di tengah kawasan bisnis Mega Kuningan yang ramai ; sementara Budiarsa Sastrawinata menjadi salah satu pucuk pimpinan Grup Ciputra khususnya subholding 1.
Anindya Sastrawinata, sang anak sulung perempuan Rina dan Budiarsa, mengelola bisnis Grup Ciputra di kota Palembang, Sumatera Selatan selama 5 tahun. Kemudian ia beralih ke proyek Citra Garden di Cengkareng, tempat ia bekerja yang melibatkan pemasaran bangunan perkantoran dan gedung pencakar langit (high rise). Ia menekankan pentingnya layanan purna jual (after-sales service) karena menurut Anindya para konsumen tentu mau mendapatkan pelayanan yang paripurna, yang tidak hanya diberikan sebelum tetapi juga setelah membeli produk properti Grup Ciputra. “Ini sangat krusial, karena bila beli langsung ‘diputus’ (tanpa layanan purna jual – pen), berat,”pungkasnya.
Demi memahami pekerjaan dan mekanisme bisnis secara menyeluruh, Anindya yang alumni Glion Institute of Higher Education Swiss ini tidak segan bekerja dari jenjang bawah. Ia pernah bekerja sebagai pegawai trainee di bagian front office di Hotel Sofitel di ibukota Swiss, Jenewa. Selain itu, ia pernah mengecap pengalaman bekerja di Mandarin Oriental, Hyde Park di Inggris. Pekerjaan barmaid di White Horse Pub, Swiss, juga pernah ia cicipi. Dalam proyek Citra Grand City Palembang dan Citra Garden City Jakarta, Anindya bertindak sebagai Marketing and Estate Manager.
Lalitya Sastrawinata adalah putri kedua yang juga adik kandung Anindya, yang mengikuti jejak sang kakak dengan terjun dalam menjalankan roda bisnis Grup Ciputra. Lain dari Anindya, Lalitya mulai terjun ke dalam Grup Ciputra pada bulan Maret 2011. Lalitya pernah bekerja di Palladium dan Atlantic-ACM (keduanya perusahaan telekomunikasi dan teknologi informasi) pasca kelulusannya dari Wellesley College, Boston, AS. Ia belajar sebagai staf pengembangan bisnis di subholding 1 yang dibawahi sang ayah. Merasa harus perlu menimba pengalaman, Lalitya tidak segan bertanya dan meminta saran dari para karyawan yang lebih senior dan berpengalaman dalam menjalankan tugas-tugasnya sehari-hari. Menekuni akuntansi, keuangan, cara menjual, survei lahan, penyusunan rencana bisnis hingga pelaksanaan studi kelayakan merupakan beberapa hal yang ia pelajari selama ini. Tahun 2012, Lalitya diangkat sebagai Manajer Pengembangan Bisnis dan Manajer Komunikasi Pemasaran di proyek Citra Raya. Perbaikan di beberapa aspek dilakukan di Citra Raya terutama dalam bidang pemasaran. Penggunaan perantara eksternal dan kampanye digital adalah dua dari beberapa pembaruan yang Citra Raya selama ia bergabung.
Sementara Nararya Sastrawinata, sang anak ketiga, telah 3 tahun bekerja di proyek Grup Ciputra di negeri tirai bambu. Grup Ciputra mendirikan proyek Grand Shenyang seluas 300 ha di Tiongkok dn Nararya yang alumni United World College of South East Asia 2004 ini menjabat sebagai Associate Project Director di Grand Shenyang. Penyelesaian proyek tersebut direncanakan akan berlangsung selama 10-12 tahun. Untuk memperkaya pengalamannya dalam dunia bisnis, pemegang gelar Master of Engineering (M. Eng) itu bekerja di berbagai perusahaan sebelum masuk ke Grup Ciputra. (*/Akhlis)