SEKITAR 45 tahun lalu, band legendaris The Beatles yang beranggotakan Paul McCartney, John Lennon, George Harrison, dan Ringo Starr ini pernah bersentuhan dan bahkan mempelajari secara intensif yoga dan spiritualitas.
Dalam buku terbaru karya jurnalis Inggris Mick Brown yang berjudul “The Nirvana Express” , terbitan Penguin Random House, dibahas perjalanan sejarah orang-orang Barat yang mencari pencerahan dari pemimpin spiritual India.
Dalam bukunya, Brown mengupas secara mendalam ‘kegilaan’ orang-orang Barat terhadap beragam filsafat keagamaan India.
Uniknya salah satu ikon pemberontakan dan perlawanan anak muda saat itu, The Beatles, tertarik dengan yoga.
Menurut Brown, The Beatles pernah belajar yoga secara langsung dengan Maharishi Mahesh Yogi—yang kemudian menyebut dirinya sebagai guru spiritual band tersebut.
Pertemuan The Beatles dengan Maharishi Mahesh Yogi
Semua berawal saat John Lennon mendengar istilah “meditasi transendental” dari teman modelnya Pattie Boyd. Istilah itu membuat Lennon penasaran setengah mati.
Dalam bab “Love Is All You Need” dalam bukunya, Brown mengungkapkan bahwa pada tanggal 25 Agustus 1967 pertemuan pertama antara The Beatles dan Maharishi Mahesh Yogi terjadi di Hotel Hilton. Kemudian mereka menghadiri kursus 10 hari yang diadakan sang guru, “Panduan Spiritual”, di kota Bangor, North Wales.
Pertemuan ini menandai titik balik bagi The Beatles, yang setelah bertahun-tahun menjalani banyak tur dan meraih popularitas di seluruh dunia, tetapi secara spiritual mereka mengalami kekosongan sehingga terdorong untuk mencari ketenangan, kedamaian, dan kebahagiaan melalui meditasi transendental.
Maharishi, yang mengakui potensi pengaruh The Beatles, mendorong mereka untuk menggunakan “keajaiban” mereka untuk memengaruhi generasi muda secara positif.
Kursus di Bangor tersebut ini bertujuan menginisiasi band ini ke dalam meditasi transendental, menyiapkan mereka untuk retret yang lebih panjang di Rishikesh, India pada tahun berikutnya.
Namun, di tengah pengalaman transformatif ini, tragedi melanda dengan tiba-tiba meninggalnya manajer The Beatles, Brian Epstein, hanya dua hari setelah memulai kursus.
Kehilangan yang mendadak ini membuat band ini merasa seperti tanpa arah, tetapi praktik meditasi menawarkan mereka ‘obat penenang’.
Penyalahgunaan Nama The Beatles oleh Maharishi
Maharishi, melihat meditasi transendental sebagai produk untuk disebarkan secara massal, menyamakannya dengan es krim dan memanfaatkan kesempatan untuk mempromosikannya dengan menggunakan nama The Beatles.
The Beatles di tengah perjalanan harus menghadapi tantangan dalam hubungan mereka dengan Maharishi begitu mereka menyadari bahwa hubungan guru-murid itu rawan disalahgunakan demi keuntungan sang guru.
Dikutip dari Wikipedia, awalnya The Beatles tertarik membuat film tentang guru mereka tapi tak disangka-sangka saat sang guru ditawari, beliau langsung meminta bagi hasil dari keuntungan film itu nantinya.
The Beatles syok karena mereka tak menyangka seorang guru spiritual tertarik dengan hal-hal berbau keduniawian.
Kenyataan itu membuat The Beatles sampai menuduh bahwa Maharishi adalah seorang penipu semata.
Ditambah lagi mereka mendengar bahwa sang Maharishi dikabarkan merayu Mia Farrow (aktris Amerika , anak sutradara John Farrow, dan aktivis HAM) untuk berhubungan seksual (sumber: thecurrent.org).
Bahkan John Lennon membuat lagu yang terinspirasi dengan kasus ini. Liriknya: “Sexy Sadie (pengganti nama Maharishi agar mereka tidak dituntut secara hukum), what have you done? You made a fool of everyone.”
Bertahun-tahun kemudian mereka menyadari bahwa tuduhan itu tak sepenuhnya benar. Paul McCartney and Harrison mulai menyatakan dukungan mereka untuk sang guru kembali.
Sementara itu, Lennon masih kecewa pada Maharishi dan memutuskan untuk tidak lagi menganggapnya sebagai panutan meskipun ia masih mempraktikkan meditasi yang sang guru ajarkan.
Buku ini menyoroti hubungan guru dan murid yang rumit antara The Beatles dan Maharishi Mahesh Yogi. Sang penulis juga menyoroti tumpang tindihnya spiritualitas, pengaruh selebriti, dan komodifikasi praktik kuno.
“The Nirvana Express” memberikan kita pemahaman yang lebih dalam tentang perjalanan spiritual band ini dan konteks lebih luas dari ketertarikan Barat pada filsafat Timur selama masa itu. (*/)