PERDEBATAN mengenai bisa tidaknya yoga dianggap sebagai olahraga fisik memang tidak ada habisnya di kalangan praktisi yoga.
Sebagian berpendapat bahwa yoga adalah “work-in” (olah rasa), bukan “work-out” (olah raga). Melakukan yoga yang utuh tidaklah cuma berhenti sampai di yogasana atau pose-pose fisik tapi juga sampai ke lapisan nonfisiknya.
Sebagian lagi memandang yogasana sebagai sebuah alat untuk meningkatkan kebugaran fisik tanpa mempelajari filsafat dan aspek nonfisik lainnya (baca: aspek mental dan spiritual yoga) dan berargumen bahwa pendekatan itu sah-sah saja.
Tapi terlepas dari itu, yoga memang perlahan mendapatkan posisi penting di panggung internasional. Kita bisa lihat wujud nyatanya dengan penyelenggaraan International Day of Yoga yang setiap tahun diperingati di banyak negara selain di India sebagai negara tempat kelahiran yoga. Indonesia menjadi salah satu negara yang turut merayakan IDoY.
Sejarah Kontes Yogasana
Yoga asana atau pose fisik yoga sudah diperlombakan sejak berabad-abad yang lalu, demikian menurut laman Olympics.com.
Bentuk modern lomba yoga asana ini digelar pertama kali di tahun 1989 saat Yogasana World Championship diadakan di Pondicherry, India. Di tahun 1989 pula di Montevideo Uruguay sudah dihelat World Yoga Championship yang pertama dengan di bawah kepemimpinan Swami Maitreyananda.
Yogasana kemudian diakui secara formal sebagai sebuah cabang olahraga pada tahun 2020 saat National Yoga Sports Federation ditunjuk sebagai sebuah badan regulator resmi olahraga ini di India sana.
Digadang-gadang oleh pemerintah India sebagai olahraga produk asli dalam negeri, yogasana kemudian dimasukkan sebagai salah satu cabang olahraga di Khelo India Youth Games 2021.
Aturan Kontes Yogasana
Sebagai cabor baru, tentu ada aturan yang harus dipatuhi oleh atlet-atletnya agar pertandingan berjalan adil dan hasil penilaiannya bisa lebih objektif.
Ada tiga event utama di cabor yogasana ini: artistik, tradisional, dan ritmik.
Yogasana artistik bisa dikatakan mirip dengan senam artistik putri (karena senam artistik putra tidak ada musik pengiringnya) yang kita saksikan selama ini. Saat berlaga, tiap atlet yoga artistik wajib mendemonstrasikan sejumlah pose yoga selama durasi waktu 3 menit tanpa henti sambil menyelaraskan demo asana tadi dengan irama musik.
Dalam yogasana artistik, atlet harus memperagakan 10 asana dalam demo mereka yang mencakup keseimbangan satu kaki, pose yang bertumpu di tangan, pose menekuk badan ke belakang (back bend), pose menekuk badan ke depan (forward bend), pose memutar badan ke samping (twisting).
Di event yogasana tradisional, atlet wajib melakukan setiap pose yoga selama 15 hingga 30 detik bergantung pada asananya. Aspek keseimbangan dan stabilitas jadi kriteria penilaian utama.
Sementara itu, di event yogasana ritmik atlet memperagakan yogasana dalam kelompok 5 orang atau pasangan. Mereka melakukan tiap yogasana secara bersamaan dengan harmonis dan mempertahankan tiap yogasana selama 5-7 detik. Akan ada poin tambahan jika mereka bisa melakukan dengan transisi yang mulus, tidak jatuh atau terlihat tidak bisa menguasai tubuh.
Hegemoni 2 Negara
Dalam cabang olahraga baru ini, bisa dikatakan sudah ada dua negara yang muncul sebagai negara adidaya dan memperebutkan dominasinya: India dan Amerika Serikat.
Jika India sendiri sudah menggelar kontes yogasana sejak lama dan baru tercatat tahun 1989 dalam bentuk Yoga Asanas Championship internasional pertama di bawah kepemimpinan Dr Swami Gitananda Giri, Amerika Serikat melalui organisasi USA Yoga (yang disponsori World Yoga Federation yang didirikan Swami Vidyanand) sudah merintis lomba yogasana sejak 2014 lalu.
Aturan yang diberlakukan sudah sangat spesifik: dari jenis pose yang wajib diperagakan, kategori lomba berdasarkan umur, hingga tingkat kesulitan tiap pose.
Di India meski lomba yogasana sudah berjalan lebih lama tapi institusi resmi yang mewadahinya baru dibentuk dan diurus secara serius beberapa tahun belakangan seiring dengan ambisi PM Narendra Modi untuk mengangkat yoga sebagai kekuatan dan komoditas budaya India, layaknya Korsel dengan industri K-pop, demikian dikutip dari yogasanasport.in.
Sementara itu, di AS sejak 2003 sudah ada International Yoga Sport Federation yang didirikan oleh (mantan?) istri guru yoga kontroversial Bikram Choudury, Rajashree.
Indonesia sendiri sudah mulai merintis pembibitan atlet untuk cabor yogasana ini lewat Perkumpulan Praktisi Yoga Nasional Indonesia (PPYNI).
Lomba yogasana yang pertama di Indonesia sendiri baru diadakan tahun ini di GOR Dimyati Kota Tangerang 25-26 November 2023.
Tangerang dipilih sebagai tuan rumah karena pada Festival Olahraga Rekreasi Nasional (Fornas) VII Bandung 2023, tim Kota Tangerang yang mewakili Provinsi Banten sukses meraup titel juara umum, demikian dilansir dari satelitnews.com. (*/)