Alasan Historis Kenapa Pilates Dikenal sebagai Olahraga Feminin

Pilates olahraga cewek saja? (Foto: Pexels.com)

Meskipun kita sekarang hidup di era modern yang konon sudah mengenal konsep kesetaraan gender, toh dalam dunia olahraga masih saja ada stigma soal gender yang dilekatkan pada olahraga tertentu.

Sebut saja adalah Pilates. Olahraga yang pertama digagas dan dirancang oleh seorang pria asal Jerman bernama Joseph Pilates ini malah saat ini dikenal sebagai “senamnya para cewek”, begitu kata seorang influencer.

Langkanya Pria

Memang ada pelaku Pilates yang laki-laki tetapi itu bisa dihitung dengan jari.

Saya sendiri benar-benar memvalidasi asumsi ini di lapangan saat mulai intensif mengikuti kelas Pilates tahun 2023 dan mengikuti pelatihan/ kursus mengajarnya tahun 2024 lalu.

Memang jumlah peminat Pilates yang berjenis kelamin pria bisa dihitung dengan jari. Saat saya mengikuti kursus Pilates juga saya adalah satu-satunya peserta pria. Selangka itulah pria di dunia Pilates.

Ada sejumlah alasan mengapa Pilates pasca era Joseph Pilates berkembang menjadi sebuah olahraga dengan citra feminin yang sangat kental.

Berkelindan dengan Ballet

Alasan pertama ialah penerus Joseph Pilates begitu ia meninggal dunia ialah Romana Kryzanowska, salah satu murid andalannya yang kemudian juga memimpin studio yang dikelola Joseph Pilates sebelumnya.

Dan Romana ini memiliki latar belakang sebagai penari ballet profesional. Ia berlatih di bawah bimbingan George Balanchine, seorang koreografer berdarah Rusia yang terkenal di New York.

Begitu Romana cedera pergelangan kaki, ia direkomendasikan untuk ikut kelas Pilates. Dan tak cuma Romana, penari-penari ballet juga memang banyak yang ikut kelas Pilates dengan tujuan untuk latihan rehabilitasi pasca cedera yang mereka alami saat berlatih atau tampil di panggung.

Pilates sebagai Rehab Ballet

Alasan kedua ialah kedekatan jarak studio Joseph Pilates yang pertama dengan gedung tempat New York City Ballet berada. Otomatis kedekatan jarak ini membuat banyak penari ballet di organisasi tari termasyhur itu untuk mengikuti Pilates. Dan karena itulah bisa dipahami budaya tari ballet sangat dalam merasuk ke latihan Pilates.

Karena inilah, kita melihat Pilates sebagai olahraga yang memiliki citra anggun dan feminin sehingga para pria menjadi terintimidasi untuk masuk ke dalam kelas Pilates.

Estetika Visual VS Fungsional

Kita bisa melihat pengaruh budaya ballet di kelas Pilates dengan melihat busana yang dikenakan oleh para praktisi Pilates dahulu. Busana yang mereka kenakan memiliki kemiripan dengan busana yang dipakai para penari ballet saat berlatih, seperti tights, leotards, dan sebagainya.

Kemudian soal gaya gerakan, kita bisa melihat ballet hands yang didemonstrasikan oleh praktisi-praktisi era Romana. Misal posisi tangan dan lengan saat melakukan teaser.

Pointed feet (plantar flexion) juga ciri khas ballet yang bisa kita temui di kelas-kelas Pilates. Meski kadang memang flexed feet (dorsiflexion) dipakai, tapi porsi pointed feet harus diakui sangat mendominasi.

Meski memang tidak diharuskan untuk melakukannya secara visually pleasing atau memenuhi aspek estetika visual dalam setiap gerakan Pilates, tetapi ada semacam idealisme bahwa gerakan Pilates semestinya smooth dan estetik dengan body line yang lurus dan panjang.

Pemikiran semacam inilah yang kemudian juga mendorong sebagian orang untuk menganggap bahwa agar bisa Pilates kita harus punya badan kurus dan langsing bak para penari ballet.

Sekali lagi, tentu kita tidak wajib memiliki badan yang kurus dan fleksibel bak ballerina untuk bisa mengikuti kelas Pilates. Siapa saja bisa ikut.

Meski tentu saja kita tidak menampik bahwa dengan tingkat body awareness dan kelenturan serta kekuatan kaki dan core para penari ballet itu, gerakan-gerakan Pilates yang sulit dilakukan oleh orang awam bakal lebih mulus lagi untuk dieksekusi di matras atau alat apapun. (*/)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

What would make this website better?

0 / 400

Verified by MonsterInsights