Bagaimana Membuat Tulisan yang Berdampak (Impactful Writing)

Denny JA saat menyampaikan materi di Writing Retreat Satupena 2024 di Bogor 30 Agustus-1 September 2024. (Foto: Dok. Satupena)

Seminggu lalu saya mengikuti Writing Retreat bersama Komunitas Satupena yang dihelat di Puncak, Bogor selama 3 hari. Saya punya ‘oleh-oleh’ dari event itu bagi para pembaca setia blog ini. Karena event itu soal menulis, oleh-oleh yang akan saya berikan juga bentuknya tulisan.

Salah satu pembahasan yang menarik untuk saya ‘bungkus’ menjadi ‘oleh-oleh’ dari sana ialah cara menyusun tulisan yang berdampak yang disampaikan oleh Denny JA selaku Ketum Satupena pada Jumat malam (30/8) di De Pointe Resort and Resto, Jl. Negalsari, Sukatani, Tugu Utara, Kec. Cisarua, Kab. Bogor, Jabar.

Nonfiksi Berdampak

Salah satu contoh tulisan yang berdampak positif bagi masyarakat menurut Denny ialah sebuah karya monumental dari penulis beraliran feminisme Betty Friedan yang berjudul The Feminine Mystique.

Kisah di balik buku tersebut sangat menarik. Di tahun 1958, Friedan yang bekerja sebagai ibu rumah tangga dengan pendidikan yang lebih baik dari kebanyakan wanita saat itu menghadiri acara reuni kampusnya yang angkatan 1942. Sekolah tempatnya belajar dulu kini memintanya untuk mengajari wanita-wanita menulis dengan baik.

Pertanyaan yang menjadi dasar tulisan mereka ialah “Apakah Anda merasa bahagia dengan kehidupan Anda sekarang?” Sebagai respon, para peserta yang semuanya wanita dipersilakan menulis sebuah tulisan yang menjawab pertanyaan tadi berdasarkan pengalaman dan sudut pandang mereka masing-masing.

Sekilas, wanita-wanita seangkatannya yang mengikuti pelatihan menulis Friedan itu berhasil memenuhi ekspektasi masyarakat. Mereka adalah perempuan yang setelah lulus sekolah kemudian menikah dan melahirkan anak-anak dan mapan secara ekonomi sebagai kelas menengah tetapi merasa ada kekosongan dalam hidup mereka meski hidup sudah sesuai dengan standar masyarakat saat itu.

Friedan lalu membaca tulisan-tulisan wanita tadi dan menyimpulkan bahwa kebahagiaan dari jenis kehidupan yang sudah ditetapkan masyarakat saat itu ternyata tak berhasil membuat wanita-wanita bahagia.

Inilah yang kemudian mendorong Friedan menyusun buku The Feminine Mystique yang premis utamanya adalah menyatakan bahwa perempuan yang mengikuti jalur sesuai ekspektasi masyarakat tak sepenuhnya bahagia dalam menjalani kehidupan mereka. Ternyata waktu telah berubah dan cara berpikir wanita tak lagi sama. Mereka menghendaki perubahan. Mereka ingin lebih banyak ruang berkiprah di ranah publik sebagaimana laki-laki.

The Feminine Mystique kemudian memantik api emansipasi perempuan gelombang kedua di bidang ekonomi di tahun 1960-an. Perempuan saat itu ingin berkarier dan memiliki pekerjaan di luar rumah.

Gelombang pertama fenimisme sendiri telah muncul di tahun 1920-an di bidang politik. Saat itu kaum wanita berhasil meraih hak untuk bersuara atau mencoblos dalam pemilu seperti pria. Sebelumnya wanita dianggap sebagai warga negara kelas dua yang tak berhak mencoblos saat pesta demokrasi nasional.

Karya tulis berpengaruh kedua lainnya yang menurut Denny JA patut diapresiasi ialah Silent Spring oleh Rachel Carson, seorang penulis perempuan yang menyoroti fenomena penggunaan pestisida yang marak di dekade 1960-an.

Dalam buku nonfiksinya itu, ia mengemukakan sebuah keanehan di alam sekitarnya. Di saat musim semi, ia mengamati kondisi sepi mencekam yang seharusnya riuh rendah karena burung-burung yang bermigrasi. Satwa-satwa ini ternyata saat itu banyak yang mati mengenaskan sebab penyemprotan pestisida berbahan DDT yang mematikan. Buku Carson ini berhasil membangkitkan kesadaran orang terhadap isu pelestarian lingkungan hidup. Tak heran jika Silent Spring disebut sebagai buku paling berpengaruh dalam gerakan pelestarian lingkungan hidup di tahun 1960-an.

Fiksi Berdampak

Jika tadi adalah karya-karya nonfiksi dengan dampak yang luas, ada juga karya fiksi yang berdampak masif terhadap peradaban manusia saat ini.

Salah satunya yang dipilih oleh Danny JA ialah film The Strange Fruit (1937) yang menceritakan buruknya perlakuan masyarakat kulit putih Amerika Serikat kepada warga Afrika-Amerika di tahun 1930-an. Penganiayaan yang berujung maut kerap dialami warga kulit hitam di sana dan sudah dianggap jamak.

Namun, sebagian orang yang merasa terusik nuraninya mencoba memberontak. Salah satu bentuk pemberontakan terhadap tradisi diskriminasi dan perbudakan kulit hitam terutama di negara-negara bagian di Selatan AS yang pro perbudakan itu ialah karya fiksi.

Di sini digunakan pengandaian “buah yang aneh” untuk menggambarkan mayat-mayat orang kulit hitam yang digantung di pepohonan akibat tindak kekerasan orang kulit putih. Tak seharusnya manusia menganggap penggunaan kekerasan terhadap manusia lain sebagai hal yang wajar dan bisa dimaklumi.

The Strange Fruit kemudian bisa mendorong perubahan mindset warga AS kulit putih untuk menghentikan perlakuan tak manusiawi mereka pada warga kulit hitam. Film ini sukses memicu perubahan sosial di AS dan mengobarkan gerakan anti diskriminasi yang masih terus relevan hingga sekarang era Black Lives Matter.

5 Poin Penting untuk Menghasilkan Tulisan Berdampak

Menurut Danny JA, ada setidaknya lima poin yang ia kemukakan agar seorang penulis bisa menghasilkan sebuah karya yang menghasilkan dampak bagi masyarakat tempat kita berada.

Poin yang pertama ialah kita harus rajin mengamati peristiwa sehari-hari yang mungkin terkesan remeh dan menemukan potensi besar terjadinya perubahan radikal di baliknya.

Poin kedua ialah selalu tanyakan “kenapa” (why) sebelum kita menulis. Inilah nantinya premis yang akan bisa menggerakkan dan mengarahkan isi tulisan kita agar bisa menghasilkan dampak yang luas.

Poin penting ketiga yakni dalam menimbulkan dampak, kita harus berani melawan sebuah otoritas/ tradisi yang sudah ada sejak lama. Dengan demikian, penulis harus bersiap jika ada tindak kekerasan baik yang bersifat verbal maupun fisik terhadapnya.

Poin keempat yaitu bahwa buku hanyalah satu pintu pertama sebuah dampak sosial. Buku saja tidak cukup untuk memicu perubahan dan dampak. Setelah buku terbit, ia harus dibarengi dengan gerakan-gerakan nyata lainnya untuk memperbesar amplitudo gagasan di dalamnya.

Poin kelima yang tak kalah penting yaitu jika kita ingin mendunia, jangan lupakan pentingnya membangun koneksi.

Nah, setelah ini, upayakan untuk merenungkan poin-poin di atas sebelum menulis sesuatu agar tulisan kita ke depan bisa lebih berdampak. Tak cuma tulisan itu harus dirilis, tayang dan dibaca sebanyak mungkin orang di luar sana tetapi idealnya tulisan kita juga bisa mendorong perubahan cara pikir, berkata, dan berperilaku pada mereka yang membacanya. Barulah tulisan kita bisa dikatakan berdampak (impactful). (*/)

This entry was posted in Writing and tagged , , , , , , , , , . Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *