Perjalanan Mindaugas Trumpaitis Dari Lithuania ke Indonesia

Mindaugas Trumpaitis yakin dengan business wisdom dan pentingnya mendengar lebih banyak. (Foto: kompas.com)

Ia pernah bekerja di Slovenia, Latvia, Swiss, Finlandia, Meksiko dan bertanggung jawab untuk Ekuador dan Peru. Atasannya berkata cukup dengan Amerika Latin, Eropa, dan ia dikirimkan untuk bertugas ke Asia. Itulah bagaimana ia bisa sampai ke Indonesia. 

Setiap pasar dan negara memiliki daya tarik dan tantangannya masing-masing. ia pergi ke Meksiko, tantangannya keamanan, masalah daya beli, aturan, dan sebagainya. ke Ekuador, ada kedikdatoran. Kanada memiliki aturan yang ketat bagi industri tembakau. setiap bagian perjalanan tersebut memberikan padanya pelajaran yang berbeda-beda. Sulit baginya memilih.

Baginya, kepemimpinan ialah bagaimana menggali potensi terbaik dalam diri masing-masing orang dalam naungannya sebagai pimpinan bisnis. Tugas pemimpin ialah menemukan bakat itu dalam diri pegawai untuk memastikan bahwa potensi tadi bisa dimaksimalkan sebaik-baiknya.  

Ia memiliki tujuan besar bagi perusahaan yang dikendalikannya. Sebagai pemimpin pasar (1/3 keseluruhan pangsa pasar di Indonesia), perusahaan ingin agar pangsa pasarnya makin besar. Artinya, pangsa pasar itu bisa dua kali lipat dari pencapaian saat ini. Secara umum, tujuannya ialah mempertahankan prestasi dan nama besar Sampoerna yang tahun ini merayakan dirgahayunya yang ke-104 kali. Ia ingin memastikan bahwa perusahaan akan tetap dapat tumbuh pesat dan bertumbuh kuat di masa kini dan masa datang.

Tolok ukur yang dipakai dalam bekerja ada bermacam-macam. peningkatan pangsa pasar, profitabilitas, peningkatan kapabilitas SDM. Setiap pasar memiliki keunikannya masing-masing dan sulit untuk memilihnya. Saat ia memimpin Meksiko, hal yang paling membanggakan baginya ialah saat ia diangkat untuk posisi yang lebih tinggi, ia menyaksikan para bawahannya di tim manajemen dipromosikan juga ke posisi lain. Dan melihat orang berkembang lebih baik ialah suatu hal membanggakan baginya sebagai pemimpin bisnis. Dengan dikirimnya ia ke Asia, orang-orang di bawahnya juga mendapatkan ruang untuk bertumbuh kembang. Mereka bisa mencapai posisi yang lebih tinggi (promosi)  dan di sinilah kesempatan bagi mereka untuk berkembang.

Dalam hal menahkodai bisnis, ia memiliki konsepnya sendiri. Lebih sedikit berbicara dan lebih banyak mendengar, itulah yang ia yakini mengenai business wisdom. Namun, ia memimpin dengan memegang teguh konsep mendengarkan lebih banyak. “Tiap manusia memiliki 2 telinga dan satu mulut,” tegasnya.

Sebagai pemimpin, ia memiliki kerendahan hati untuk banyak belajar ke orang-orang di sekelilingnya. Saat ia masuk ke pasar baru misalnya, ia tidak berpura-pura untuk sok tahu. Ia menganjurkan untuk mendengar dan belajar, untuk kemudian hasilnya diolah dan diberikan perspektif dari pemikirannya. Yang terpenting ialah kita mau mendengarkan saran orang di pasar yang kita bidik. Sejarah dan nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat yang menjadi bagian dari pasar menjadi bagian mutlak.

Karena ia bekerja di Sampoerna, filosofi kerja yang ia anut juga adalah yang diterapkan oleh Sampoerna. Ini semua soal konsumen yang membeli produk kami. Kewajiban kami ialah mempersembahkan produk terbaik bagi mereka yang ada di Indonesia. Para pegawai dan mitra bisnis juga menjadi prioritas utama dalam setiap langkah Sampoerna. Masyarakat umum juga tidak lupa menjadi prioritas perusahaan. Sampoerna sadar sepoenuhnya bahwa perusahaan bergerak dan menjadi bagian dari masyarakat pula.

Mindaugas memiliki apresiasi tinggi terhadap nilai-nilai masyarakat Indonesia yang selarasa dengan nilai-nilai perusahaan dan bisnis, terutama persatuan dalam kemajemukan (bhineka tunggal ika). Kami semua berbeda dalam banyak hal. Setiap orang memiliki perbedaan tapi tetap bersatu padu. Nilai lain yang ia sangat sukai ialah solidaritas. Dengan melangkah bersama, ia yakin kita akan mencapai dan merealisasikan lebih banyak hal. Ia selalu memegang teguh peribahasa “jika Anda ingin sampai dengan cepat, pergilah sendiri. Jika Anda ingin berjalan jauh, pergilah bersama-sama.” Inilah nilai yang ia yakini juga bisa diterapkan di Sampoerna karena perusahaan juga sebuah organisasi yang tersusun dari banyak individu berbeda.

Orang dan budaya Indonesia memukau Mindaugas. Sejak menginjakkan kaki di negeri ini sekitar enam bulan lalu, ia sudah banyak menjelajahi berbagai wilayah Indonesia dari utara ke selatan, barat ke timur. Papua, Lampung, Palembang, Padang, Bali, Yogyakarta, Surabaya, ialah beberapa kota yang ia pernah sambangi. Setiap tempat itu memiliki keunikan sendiri. Pulau Sumba memiliki tempat tersendiri dalam hatinya. “Sumba tempat terindah dalam hal lingkungan dan masyarakatnya.

Ia meyakini bahwa setiap orang memiliki talenta tersendiri. Sebagai pemimpin, ia merasa harus membantu orang-orang di bawah naungannya untuk bisa menemukan dan menggali talenta itu secara maksimal sehingga perusahaan dapat memberikan posisi yang sesuai bagi setiap orang di dalamnya agar pada gilirannya mereka dapat memberikan hasil yang lebih maksimal. Sebanyak 9.200 orang lebih yang bekerja di Sampoerna adalah pekerja bertalenta, demikian ia yakini. 

Saat masih kecil, Mindaugas tidak pernah membayangkan dirinya sebagai seorang pemimpin bisnis di sebuah korporasi global seperti sekarang. Namun, ia sudah dari dulu menyukai tantangan. Ia bercita-cita sebagai guru saat dewasa. Seperti anak-anak lain, ia juga sempat tertarik ke beragam cita-cita misalnya menjadi pemadam kebakaran yang heroik dan atlet yang dikagumi banyak orang. Menjadi pebisnis jauh dari imajinasi masa kecilnya. Dan memang sebelum ia bergabung di Philip Morris, Mindaugas mengajar dan ia melakukannya dengan sepenuh hati. Sebagai pengajar, ia juga bisa belajar banyak dari mahasiswa. Baginya, gelar atau jabatan bukan segala-galanya. Tantangan dan peluang, dua sisi dalam sekeping mata uang, adalah hal yang ia percaya memiliki nilai yang jauh lebih tinggi.

Ia lahir di Lithuania, sebuah wilayah yang dahulu diduduki oleh Uni Soviet. Di masa mudanya, Lithuania bukanlah wilayah yang merdeka sehingga mobilitas rakyatnya sangat terbatas. Warganya hanya bisa bepergian di wilayah Uni Soviet. Mindaugas muda harus menunggu hingga usia remaja untuk bisa menyaksikan runtuhnya Uni Soviet dan terbebasnya negerinya itu dari cengkeraman negara besar tadi.

Dengan melihat terbukanya jalur untuk keluar, Mindaugas pun tergerak untuk mengadu nasib dan belajar di tanah asing, meninggalkan negeri asalnya. Sekali lagi, ia pergi karena terdorong oleh tantangan. 

Ia menemukan keasyikan dalam menjadi seorang pebisnis. “Mirip dengan bermain catur. Anda memiliki tantangan bisnis dan harus menyusun strategi dengan selalu memperhatikan lawan yang juga kuat. Anda harus berpikir jauh lebih ke depan daripada dia agar menang.” Itulah yang ada dalam pikirannya di pasar yang makin kompetitif saat ini.

Mindaugas selalu menganggap manusia sebagai elemen penting kesuksesan sebuah bisnis. Ia selalu tergerak untuk mencari cara memberikan inspirasi pada orang-orang yang ia pimpin. Hal ini memang tidak pernah mudah karena di Sampoerna ia harus menghadapi ribuan orang yang memiliki berbagai macam tujuan dan pandangan dalam hidup. Bagaimana bisa memotivasi dan menggerakkan mereka menuju ke satu tujuan? Inilah yang menjadi konsentrasinya dalam memimpin Sampoerna.

Nilai kemajemukan penting tetapi yang tidak kalah penting ialah inklusi. Ia selalu memikirkan bagaimana semua elemen dalam perusahaan bisa diajak berdiskusi bersama. Di sinilah ia menganggap penting nilai dan budaya perusahaan, yang dapat digunakan untuk menjadi pijakan bagi dialog yang lebih hangat. Mengajak perwakilan staf dalam rapat memang mudah tetapi selanjutnya tugas besarnya ialah bagaimana mengajak mereka terlibat dalam diskusi secara aktif dan berbobot. Mencari solusi bersama-sama dengan mereka, sehingga solusi bukan hanya dilontarkan dari jajaran top management tetapi juga bisa dari bawah. 

Ia bukan orang yang mudah puas dengan pencapaian yang sudah ada. Mindaugas terus memacu perusahaan untuk lebih maju dalam berbagi aspek. Jika sesuatu bisa dilakukan dengan baik dengan cara tertentu, bukan berarti harus dilaksanakan seperti itu selamanya. Perubahan dan perbaikan terus senantiasa dilakukan. Selalu tantang asumsi-asumsi kita dan ubah cara-cara konvensional dalam melakukan berbagai hal saat ini. “Karena dengan demikian, Anda bisa mencapai kemajuan,” tegasnya.

Di waktu senggangnya, Mindaugas berolahraga. Saat muda, ia terlibat dalam banyak jenis olahraga dan bahkan bercita-cita sebagai atlet.  Ia  berenang, bersepeda, badminton, squash, lari, dan sebagainya. “Kini saya juga belajar bermain golf karena banyak lapangan golf di sini .”

Ia mengisi rasa hausnya akan inspirasi bisnis dengan membaca banyak buku tentang kepemimpinan dan bisnis.  Dengan membaca, ia mengaku banyak sudut pandang baru yang bisa ia dapatkan mengenai banyak hal sebagai entrepreneur sebuah korporasi besar .

Hal lain yang ia nikmati lakukan di luar waktu kerja ialah berinteraksi dengan keluarga dan teman, menonton film.

Mindaugas mengakui keberhasilannya seperti sekarang tidak luput dari kontribusi keluarganya. Keluarganya berjasa karena telah mengizinkannya pergi ke luar tempat kelahirannya untuk belajar dan mengadu untung. “Jika mereka tidak mengizinkan saya dulu ke luar untuk belajar, mungkin saya akan terus terkungkung di negeri itu. Keluarga saya juga membolehkan saya untuk bekerja lama di kantor bahkan jika di rumah saya masih bekerja,” ujarnya. Karena itu, ia tidak akan melupakan jasa keluarganya dalam mendukung dirinya dalam mencapai posisinya seperti sekarang. 

Sampoerna yang akan merayakan ulang tahunnya ke -104 Agustus tahun ini beruntung memiliki panutan dalam perusahaan yang tidak lelah memberikan apresiasi pada kerja keras semua pekerja di dalamnya dan optimisme mengenai masa depan perusahaan. (*/)

P.S.: Artikel ini adalah bagian dari “PORTRAITS OF INDONESIA MOST ADMIRED CEOs 2017”. Untuk informasi lebih lanjut mengenai buku ini, silakan kunjungi laman ini.

This entry was posted in Blog. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *