KALAU Anda bekerja sebagai penulis, pasti Anda sudah khawatir soal perkembangan AI yang begitu pesat belakangan ini, bukan?
Jika Anda menjawab tidak, ada dua kemungkinan: Anda berbohong atau Anda denial.
Kecemasan para penulis bahwa mereka akan digantikan oleh AI bisa jadi beralasan. Atau tidak. Tergantung perspektifnya.
Nah, untuk bisa mengamati fenomena bangkitnya AI dan dampaknya pada dunia kepenulisan, mari kita coba bahas beberapa hal yang sebagai penulis kita harus ketahui supaya tidak ketinggalan zaman.
Sebagai informasi, tulisan ini saya buat setelah mendengarkan satu episode podcast menarik dari kanal The Artificial Intelligence Show yang digawangi oleh duo Paul Roetzer dan Mike Kaput. Judulnya “AI Writing Mega Episode”. Anda bisa klik untuk mendengarkan podcastnya langsung.
Tapi kalau Anda tak punya banyak waktu dan mau membaca highlight-nya saja, silakan teruskan baca artikel ini.
Dan sebagai disclosure, saya juga gunakan AI dalam proses menulis artikel ini.
Nah sebagai pembuka, mari kita akui bersama-sama bahwa sejak kemunculan kecerdasan buatan (AI), industri dan karier menulis telah mengalami perubahan mendasar yang sungguh drastis sekaligus membuat kita yang bekerja sebagai penulis, editor, dan sejenisnya tak bisa tidur nyenyak.
Menulis, sebagai salah satu keterampilan paling fundamental dalam berbagai industri dan bidang, kini bisa dilakukan oleh AI sehingga manusia yang mengaiz rezeki di bidang kepenulisan atau pembuata konten teks menjadi kalang kabut.
Tak berlebihan karena memang dampak AI tidak hanya sekadar mengubah cara menulis, melainkan juga merambah strategi konten, susunan tim konten, dan paradigma dalam industri kreatif.
Memecat Manusia Penulis Bukan Langkah Tepat
Perusahaan dan organisasi kini memiliki akses ke AI yang mampu menghasilkan tulisan dengan cepat dan efisien.
Para pemimpin bisnis selintas kini berpikir untuk memecat para penulis di tim mereka dan menggantikannya dengan AI. Tapi benarkah itu keputusan yang tepat?
Memang kemajuan AI mendorong industri untuk menuntut para penulis, editor, pemimpin tim konten, brand, agensi, dan perusahaan media untuk memahami penerapan AI dalam menulis dan produksi konten agar bisa bekerja lebih cepat dan mencari untung lebih banyak.
Sayangnya perkembangan AI ini masih kurang diimbangi dengan minimnya percakapan atau dialog antarpraktisi/pelaku industri, yang membuat ketakutan yang kurang beralasan semakin merajalela.
Sebenarnya kita tidak harus takut terhadap AI, karena penggunaannya akan terus berkembang meski kita memboikot atau membendungnya sekalipun. AI sudah mirip virus Covid yang suatu saat pasti akan menular ke kita juga. Tinggal menunggu waktu.
Masalahnya, kita sudah siap mengantisipasinya atau belum??
Cara mengantisipasi kedatangan AI di industri kepenulisan ada banyak tapi yang paling konkret bagi para penulis sendiri ialah dengan menyusun strategi untuk mengintegrasikan AI dalam work flow atau cara kerja sehari-hari sebagai penulis.
Penulis harus mulai membiasakan diri menggunakan AI agar pekerjaan menjadi lebih efisien dan berkualitas.
Selain itu, penulis di era AI harus rajin belajar tentang cara memanfaatkan AI untuk membuat pekerjaan lebih efisien dan berkualitas.
Beberapa ide penggunaan AI bagi penulis antara lain ialah untuk mendapatkan ide sebanyak mungkin, meringkas gagasan dalam tulisan yang panjang lebar, menulis transkripsi wawancara atau dialog penting yang memakan banyak waktu, dan bereksperimen dengan lebih banyak kemungkinan baru dalam penulisan/produksi konten. Intinya, para penulis dapat menggunakan AI untuk pekerjaan monoton dan memakan banyak energi dan waktu. Dengan demikian, para penulis bisa lebih fokus pada aspek strategis yang membutuhkan kreativitas manusia dalam pekerjaannya.
AI dan Dampaknya ke Industri Media
Meskipun AI telah menjadi bagian penting dari industri penulisan dan konten, penulis harus tetap melakukan riset dan belajar mengenai topik yang akan mereka tulis agar kualitasnya tetap terjaga.
Dalam hal ini, penulis harus tetap membuka diri untuk berani mengeksplorasi berbagai platform AI yang dapat membantu mereka menulis dengan lebih cepat dan efisien.
Dalam konteks perusahaan media, penggunaan AI juga memiliki dampak yang signifikan. Contohnya adalah CNET dan BuzzFeed.
CNET mengalami dampak negatif ketika tidak transparan dalam penggunaan AI. CNET terkesan menutup-nutupi penggunaan AI dan menayangkan artikel hasil buatan AI untuk menggenjot traffic websitenya.
Sementara itu, BuzzFeed berhasil memanfaatkan AI dengan baik dan mendapat respons positif dari pembaca dan masyarakat dengan menyatakan bahwa mereka menggunakan AI untuk membuat kuis-kuis populernya. Nilai saham mereka naik setelahnya.
AI sebagai Personal Writing Assistant
Dampak AI pada karier seorang penulis, jurnalis, editor, dan pemimpin tim konten ialah munculnya tuntutan yang makin tinggi untuk belajar menggunakan AI dalam bidang pekerjaan mereka agar tetap relevan dengan industri yang ada.
Para penulis harus mulai mengasah keterampilan memakai AI sebagai personal writing assistant-nya, dengan mengajari AI gaya unik mereka menulis agar produktivitasnya meningkat pesat.
Suara dan Gaya Unik dan Kuat
Brand juga dituntut untuk memiliki perspektif, suara, dan POV yang unik agar berbeda dari konten-konten generik yang dapat dihasilkan dengan mudah oleh AI.
Karena itu, penting bagi kreator, termasuk penulis, untuk bisa mengungkapkan apa yang mereka rasakan dan pikirkan, sehingga konten yang dihasilkan bisa membangun koneksi dan relevansi dengan pembaca.
Dalam menghadapi transformasi ini, para penulis harus mempelajari cara kerja language model dan AI sebagai bekal untuk menghadapi inovasi AI dan dampaknya di industri kepenulisan dan konten. Dengan demikian, mereka dapat terus berkembang dan tetap relevan di era AI. (*/)